‘Om Telolet Om’: Refleksi bagi Seniman Bunyi

Fenomena ‘Om Telolet Om’ bisa jadi telah berlalu dan agak basi, namun tidak membuatnya basi untuk dijelajah dan dikupas. Dari lahirnya di daerah Jepara, ‘Om Telolet Om’ menjadi fenomena yang mendunia lewat gegap di media sosial, merambah dari satu negara ke negara lain dan menjadi trending di dunia. ‘Om Telolet Om’ pun menjadi sedikit penawar di tengah pekatnya isu politik dan keberagaman yang menjadi pembicaraan di media sosial selama beberapa bulan terakhir.
Fenomena ‘Om Telolet Om’ tentunya pertama kali diamati sebagai sebuah fenomena suara. Tidak sedikit beberapa kawan meluangkan waktu untuk menuliskan notasi dari bunyi telolet yang dimaksud. Tidak sedikit yang kemudian berkreasi dengan telolet dan mengintegrasikannya dengan karya mereka, di antaranya adalah DJ populer seperti Zedd dan Firebeatz.
Meski kini telah ditelurkan himbauan oleh Kementerian Perhubungan bagi supir untuk mengurangi jawaban telolet dari permintaan anak-anak yang berjajar di pinggir jalan yang dapat membahayakan, ‘Om telolet Om’ sebenarnya menjadi salah satu contoh kreativitas dan juga orisinalitas yang mampu mengubah dan meggerakkan dunia. Secara musikologis dan fisis, suara klakson ini dapat dianalisis dengan mendalam yakni lewat variasinya yang beragam dengan banyak mengandalkan rentetan nada beruntun yang berulang. Selain itu fenomena karakter suara bus sebenarnya juga dapat dianalisis secara lebih mengikat. Namun upaya memberlakukan suara uniknya hanya sebagai elemen musikal justru akan menanggalkan betapa istimewanya fenomena bunyi ini.
Kuncinya sayangnya bukanlah pada bunyi musikal yang dihasilkan oleh klakson bus-bus tersebut, melainkan pada interaksi sosial yang muncul dari buah kreativitas suara telolet yang bervariasi dan membahana. Interaksi antara anak-anak di Jepara dengan para supir bus yang dengan rela hati menjawab permintaan anak-anak yang bergembira karena bebunyian yang sederhana. Niatan untuk berbagi keceriaan lewat suara itulah yang menjadi penawar jenuhnya masyarakat akan berita-berita politik beberapa bulan terakhir ini. Niatan berbagi itulah yang kemudian diteruskan dalam media sosial yang kemudian membawa fenomena ini mendunia hanya lewat frase tiga kata tersebut.
Pertanyaan yang kemudian mengemuka adalah apakah musik yang banyak disajikan oleh para komponis dan musisi saat ini meskipun secara musikal lebih kompleks dibandingkan telolet bus telah mengimplementasikan kreativitas dan kerelaan dalam berbagi musik. Tidak perlu selalu menghibur, tidak perlu selalu serius penuh makna. Seringkali fenomena musik yang sederhana namun dikomunikasikan dengan kerelaan berbagi justru mampu menyentuh hati banyak orang. Keingintahuan banyak orang pun terpicu untuk mengetahui makna ‘Om Telolet Om’.
Sudahkah musik Anda dan saya berkomunikasi dua arah dan berbagi layaknya ‘Om telolet Om’? Interaksi sosial dalam musik yang justru memampukan fenomena bunyi tidak lagi sekedar bunyi sambil lalu, tapi menjadi fenomena bunyi yang menggerakkan hati. ‘Om telolet Om’ bukan seloroh sederhana, tapi justru menjadi pelajaran bagi mereka yang mengaku diri sebagai seniman bunyi.
Tinggalkan Balasan